Thursday, May 5, 2011

Harga sesungguhnya dari pembangkit listrik tenaga batubara

Diterjemahkan dari: "Scary numbers about Coal-fired power plants"

Belakangan ini ada wacana untuk membangun pembangkit listrik 200MW berbahan bakar batubara di Bali. Terlepas dari sudut pandang investor, politis, ataupun kebutuhan PLN, apakah ini benar-benar merupakan pilihan terbaik untuk Bali? untuk masyarakat, untuk industri pariwisata Bali, dan untuk lingkungan Bali dan Global, dan untuk generasi mendatang?
Harga investasi untuk pembangunan dan operasional tenaga batubara saat ini memang termurah, tapi itu jika kita hanya melihat pada uang yang dikeluarkan langsung untuk pembangkitan tersebut. Bagaimana dengan harga sesungguhnya yang harus ditanggung oleh masyarakat Bali dan Dunia, serta generasi mendatang? Lingkungan, kesehatan, pariwisata, apakah layak untuk diresikokan?

Berikut ini adalah beberapa "angka-angka" yang menakutkan dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara, dirangkum dari beberapa artikel di situs "Union of Concerned Scientists" (www.ucsusa.org).

catatan: estimasi dalam website sumber adalah untuk pembangkit listrik batubara 500MW dengan teknologi tipikal yang ada saat ini. Dalam tulisan ini semua estimasi tersebut dibagi dengan faktor 2,5 untuk mendapatkan estimasi pembangkit kapasitas 200MW agar sesuai dengan yang direncanakan di Bali.


Polusi Udara
Pembakaran batubara adalah sumber utama dari smog, hujan asam, global warming, dan zat berbahaya di udara. Setiap tahunnya, pembangkit 200MW bertenaga batubara pada umumnya akan menghasilkan rata-rata:

·         1,480,000 ton karbon dioxida (CO2), hasil aktifitas manusia yang paling berpengaruh pada global warming - jumlah CO2 yang sama seperti yang dihasilkan dari menebang  64 juta pohon setiap tahunnya!!!.
·         4,000 ton sulfur dioxida (SO2), sumber dari hujan asam yang merusak hutan, danau, dan bangunan. SO2 di udara juga sebagai partikel mikro yang dapat masuk ke paru-paru dan merugikan kesehatan.
·         200 ton berbagai macam partikel mikro di udara yang dapat menyebabkan bronkhitis kronis, asma, kematian prematur, dan kabut debu yang mengganggu pandangan.
·         4,080 ton nitrogen oxida (NOx), sama banyaknya seperti yang dikeluarkan 200.000 mobil. NOx menghasilkan smog yang dapat menyebabkan rasa perih hingga pembengkakan di paru-paru, sehingga cenderung menderita penyakit-penyakit saluran pernafasan.
·         288 ton karbon monoxida (CO), dapat menyebabkan pusing dan mual, serta menambah resiko orang yang memiliki kecenderungan penyakit jantung.
·         88 ton berbagai jenis hidrocarbon dan volatile organic compounds (VOC), yang membentuk ozone.
·         30 kg mercury (airraksa), sebagai gambaran: 1/2 sendok teh airraksa yang dicampur ke danau seluas 350 hektar sudah dapat membuat ikan-ikan didanau tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
·         40 kg arsenic (arsen), racun yang digunakan untuk membunuh Munir aktifis HAM. Konsumsi air yang mengandung 50 ppb (parts per billion) dapat menyebabkan kanker pada manusia.
·         20 kg timbal (Pb), 2 kg cadmium, logam berat berbahaya lainnya, dan sedikit (sejumlah jumlah jejejak) uranium.

Limbah
Limbah Padat
Limbah yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tipikal 200MW bertenaga batubata  termasuk lebih dari 50,000 ton abu dan 77,000 ton lumpur setiap tahun dari pembersihan cerobong. Pada umumnya lebih dari 75% limbah padat ini dibuang tanpa peraturan ataupun pengewasan di lokasi landfill, atau pembuangan permukaan.
Bahan-bahan berbahaya yang terkandung di limbah tersebut - termasuk arsenic, mercury, chromium, and cadmium - dapat mencemari air tanah dan jika diminum dapat merusak organ penting tubuh  dan sistem syaraf manusia. Selain itu juga akan ada perusakan ekosistem di lokasi pembuangan limbah tersebut.
Pembuangan air pendingin
3.3 juta meter kubik air biasanya digunakan pertahun untuk prosos pendinginan pembangkit bertenaga batubara dengan kapasitas 200MW. Setelah selesai digunakan biasanya air tersebut dikembalikan ke sungai, danau, atau laut. Suhu air yang lebih tinggi dari asalnya ini dapat mengganggu ekosistem. Pada umumnya, pembangkit juga akan menambahkan klorin atau bahan kimia berbahaya lainnya untuk mencegah tumbuhnya alga didalam pemipaannya. Bahan-bahan kimia berbahaya ini juga ikut terbuang ke lingkungan.
Limbah panas
Sebagian besar panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara terbuang percuma. Pada umumnya hanya 33-35% panas yang dihasilkan akan dapat dikonversikan menjadi tenaga listrik. Sisa panas yang lain akan terlepaskan ke atmosfer dan diserap oleh air pendingin.

Pengaruh pada air
Pembangkit listrik 200MW bertenaga batubara yang tipikal, menggunakan 3,3 juta meter kubik air setiap tahunnya yang diambil dari sungai, danau, ataupun laut, untuk dipanaskan dan menghasilkan uap yang akan menggerakkan turbin. Jumlah yang sama dapat digunakan untuk kebutuhan air bersih 100.000 orang.
Ketika air tersebut diambil, sekitar 8,4 juta telur ikan, larva dan ikan kecil juga dapat terhisap, dan sekitar 600.000 ikan dewasa juga dapat terjebak di struktur panghisapnya. Sebagian besar ikan-ikan tersebut akan cacat ataupun mati.

Proses pengadaan batubara
Penambangan batubara
Sebagian besar batubara ditambang dengan metode "stripping" yang mengeruk permukaan bumi. Penambangan permukaan ini sangat merusak tatanan permukaan tanah dan ekosistem yang berkembang diatasnya.
Transportasi batubara
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar ini, batubara harus didatangkan dari lokasi-lokasi penambangannya (untuk Bali terdapat wacana batubaranya akan   didatangkan dari Australia). Proses transportasi ini juga membutuhkan bahan bakar yang juga akan menghasilkan polusi dan emisi karbonnya sendiri.
Penyimpanan batubara
Penyimpanan batubara di lokasi pembangkit maupun sebelum tiba dilokasi pada umumnya ditimbun berupa gundukan besar di areal terbuka. Debu yang tertiup dari gundukan tersebut dapat mengiritasi paru-paru, dan mengotori lingkungan dan perumahan disekitarnya. Hujan yang menyirami gundukan akan mengalir dengan membawa polutan dan mengkontaminasi tanah dan air.
  
-------------------------------------------------------------------------------------------
Bila para pemimpin Bali disajikan dengan fakta-fakta tersebut diatas, apakah mereka masih akan meneruskan rencana pembangkit bertenaga batubara?


Say NO to Coal-powered Plant in Bali!!

========================================================
Dirangkum dari beberapa artikel di situs "Union of Concerned Scientists" (www.ucsusa.org).

catatan: estimasi dalam website sumber adalah untuk pembangkit listrik batubara 500MW dengan teknologi tipikal yang ada saat ini. Dalam tulisan ini semua estimasi tersebut dibagi dengan faktor 2,5 untuk mendapatkan estimasi pembangkit kapasitas 200MW agar sesuai dengan yang direncanakan di Bali.

No comments:

Post a Comment